Tuesday, March 1, 2011

bukan mimpi part I

Disebuah ruangan sempit dan pengap Dani kesusahan untuk melepaskan tali yang mengikatnya. Tali yang mengikat dan melingkari tubuh kurusnya. Sesekali dia berteriak kesal dan meronta-ronta. Dia merasa tidak seharusnya ada diruangan yang sempit menyedihkan itu. Semakin dia meronta-ronta, semakin sadar kalau energinya akan habis percuma. Akhirnya dia menenangkan pikiran, terkulai lemas kemudian tertidur. Tidak terasa pagi pun tiba, matahari yang bagi kebanyakan orang berarti harapan tidak berarti baginya. Dia masih sadar betul kalau tali itu masih mengikat dan melingkarinya. Ikatannya kencang. Kencang sekali. Dani yang lemah dan kehausan hanya bisa berhalusinasi.

Dalam senyum terkembangnya, Dani memejamkan matanya. Dia melihat satu persatu orang-orang yang disayangi dan menyayanginya datang menghampiri dirinya ketika jas hitam elegan melekat ditubuhnya. Sesosok perempuan cantik datang menghampirinya, lalu memberikan kecupan lembut di pipi kirinya sambil berucap “Maaf, aku telat” kemudian perempuan cantik itu memberikan sekuntum bunga berwarna putih sambil melambaikan tangannya. Orang-orang yang menyayangi dan disayangi kemudian mendekati dan berkumpul mengelilinginya. Saat itu, Dani hanya bisa melihat dengan jelas kedua orang tuanya dan sosok perempuan itu yang meneteskan air matanya. Terdengar samar-samar isak tangis dan doa-doa di telinganya. Keadaan menjadi hening dan gelap.

Dani kemudian terbangun dari halusinasinya dan dia dikagetkan dari cahaya yang masuk dari atas atap. Perlahan dengan pasti cahaya itu membesar dan membuatnya silau dan semakin silau. Seorang anak kecil dengan pakaian serba putih menghampirinya. Kemudian sambil tersenyum dia membawa Dani masuk kearah cahaya itu. Tiba-tiba tali-tali yang mengikatnya seolah melepaskannya begitu saja. Anak kecil itu menuntun tangan kanannya dan membawanya pergi menuju cahaya itu. Dihadapannya, sungai-sungai mengalir indah. Burung-burung berterbangan. Sesekali dia melihat perempuan-perempuan cantik menari menggoda mengelilingi mereka berdua. Dani masih bingung. Dimana aku?. Dalam hati Dani, dani berucap “Tempat apa ini? Aku belum pernah melihat tempat sedamai dan seindah ini” Belum sempat dia mengucapkan apa yang dipikirannya, anak kecil tadi membalas ucapan Dani “Bukan kakak, ini bukan surga, ini adalah sisi lain dari masa lalumu”. Kamu lihat itu?” Kemudian Dani melihat kearah samping kanan. Dilihatnya keluarga harmonis. Dani merasa akrab betul apa yang dilihatnya. Dani merasa yakin itu adalah potret masa kecilnya. Masa kecil yang indah baginya. “Nanti kalau kamu sudah besar, kamu harus bisa menjadikan apa yang seharusnya terjadi dan bertindak benar karena itu benar” Ucap Ibunda Dani dan Ayahnya.

Dani kemudian meneteskan air matanya. Tak kuasa dia melihat masa kecilnya yang indah itu hanya menjadi masa lalu baginya. Ada kerinduan dalam dirinya. Kerinduan akan sesuatu yang pernah dialaminya dulu. Yang bisa ia lakukan hanyalah memejamkan mata.

Dani berusaha membuka matanya perlahan dan melihat sekeliling. Dia masih dalam keadaan terikat olah tali yang sama didalam ruangan yang sama. “Oh tidak, ternyata aku tadi berhalusinasi lagi”. Dengan sekuat tenaga Dani berusaha melepaskan tali yang mengikatnya. Dia pun berhasil. Dani yang baru saja terbagun dari tidur dan mimpinya, berusaha menjadikan impianya terwujud. Rasa malas yang membelenggunya selama ini, disingkirkan jauh-jauh dari kehidupannya. Dia harus bisa melihat orang tuanya tersenyum ketika dirinya di wisuda.