Friday, June 24, 2011

Manfaat rokok pan versi humor


Whuataaaaaa,
Jam empat seperempat. Kiranya itu yang saya lihat. Ini sudah shubuh memang. Diluar, bisa saja ibu-ibu sudah pergi kepasar, hansip-hansip sudah beranjak pulang, sebagian ayam sudah berkokok, orang galau sudah menulis sajak, yang rajin mungkin sudah pergi ke masjid. Banyak ceritany ketika shubuh tiba.
Entah apa yang membuat saya begadang. Saya juga kurang tahu, harap ma’lum terkadang kita lupa atau mungkin tidak mengenal siapa diri kita. Yang pasti, saya berterima kasih kepada seorang kawan yang telah bersedia memberikan sebungkus rokok. Lumayan, untuk teman begadang.
Jadi ingat, ngomong-ngomong rokok, beberapa waktu yang lalu tanpa unsur kesengajaan, teman saya itu menemukan artikel tentang manfaat rokok. Salah satunya, rokok itu bisa di jadikan obat. Dan menurut saya, itu hebat. Kalau boleh saya tambahkan, ternyata manfaat rokok (bagi saya) tidak hanya sampai disitu. Ternyata manfaatnya bisa lebih, hehehe. Misalnya, rokok itu bisa menjadi salah satu indikator kesehatan. Kalau masih kuat merokok, berarti masih sehat.
Itu baru satu, belum yang kedua. Dua anak cukup. Itu tagline BKKBN. Ternyata e ternyata, merokok juga bisa membantu program KB. Karena rokok, konon katanya bisa menyebabkan impotensi dan gangguan kehamilan. #gubraggg
Ini sudah shubuh memang, dan lagi-lagi katanya kalau sudah shubuh itu biasanya maling-maling sedang beraksi (kalau maling hati? Ups, curcol). Kembali lagi pada manfaat rokok. Rasa-rasanya merokok itu bisa mengurangi tindakan kriminal. Sampai saat ini saya belum pernah mendengar apalagi menyaksikan orang merampok, menjambret dan lain-lain, sambil merokok. Paling banter golok yang mereka pegang :p
Bisa juga tidak hanya mengurangi perampokan kawan. Saya rasa merokok juga bisa mengurangi tindakan asusila. Belum pernah juga kan melihat kasus perkosaan sambil merokok? Malahan yang ada juga di rokok, ups :D
Nah, kalau manfaat yang ini juara gan. Menurut saya ( eta age ceuk aing anu bodo jeung can lulus kuliah / itu juga kata saya yang bodoh dan belum lulus kuliah) ternyata merokok bisa menambah devisa negara. Tapi angger we loba nu miskin, koplak siah! (Tapi tetap saja banyak yang miskin, “koplak siah” ; plesetan dari koplok = goblog).
Manfaat lainnya, dengan prodak yang namanya rokok ini, kita bisa membantu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hehehehe, soalnya sekarang lagi banyak banget program beasiswa dari perusahaan penghasil rokok. Tapi, saya belum pernah dapet tuh J
Rokok bisa membuat orang menjadi taat ibadah. Pasalnya, satahu saya banyak para petani tembakau yang bisa berangkat naik haji. Ya, walaupun mereka terkadang lupa untuk turun haji.
Permisi ke toilet dulu ya, tadi sebelum tengah malam saya sempat makan makanan pedas. Jadinya sekarang saya mau boker dulu. #sfx: plung…plung…plung….biurrrrrrr
Maaf, agak sedikit lama. Rasa-rasanya, gara-gara  saya boker di toilet, kayaknya manfaat rokok bisa bertambah lagi deh. Saya rasa rokok bisa menjadi pengharum ruangan. Ya setidaknya bagi saya, ternyata ketika kita lagi boker itu bisa menyamarkan bebauan yang keluarkan itu, hehehehe….
Itu tadi manfaat lain daripada rokok. Sedikit info tambahan, perlu kawan-kwan ketahui kalau orang yang tidak merokok itu penyakitnya banyak. Ada yang sakit ginjal, katarak, kangker payudara, mag, aids, rorombeheun jeung sajabana we lah. Tapi perokok itu penyakitnya cuma satu. Sakit paru-paru. Dan info tambahan lainnya, sangat jarang ditemukan seorang perokok itu masuk UGD. Tahu kenapa? Ya, bisa saja sebelum masuk UGD dia sudah tewas, hehehehe….
Itu tadi [lagi] beberpa pakta (baca: fakta, ma’lum saya orang garut) yang saya tulis. Permasalahan anda merokok atau tidak itu bukan masalah bagi saya. Toh ternyata, saya bisa menemukan sisi lain dan sisi prisilia dari rokok J
***
 Ditulis dalam keadaan sadar, sesadar-sadarnya sadar hussein :)


 (foto di copy dari blognya teman (bani hudaya, dan ini link urlnya: http://3.bp.blogspot.com/_0Hl58e3ElT8/SZ2bSAN75KI/AAAAAAAAAWA/1wsI4n_L4WY/s1600-h/by+maru.jpg)

Wednesday, June 22, 2011

Peta Perfilman Indonesia

   Latar Belakang
         “Film. Mungkin anugerah seni terbesar yang pernah dimiliki manusia.” Kalimat ini muncul dari mulut Joni (Nicholas Saputra) dari film Janji Joni karya Joko anwar (Kalyana Shira, 2005). Mungkin Joni benar. film merupakan media komunal dan cangkokan dari berbagai teknologi seperti teknologi fotografi dan rekaman suara dan unsur-unsur kesenian seperti seni rupa, teater, sastra, arsitektur hingga musik.  Ketika Semua unsur tadi terkumpul dan menjadi satu kesatuan utuh yang disebut film lalu bertindak sebagai agen transformasi budaya, film tidak akan tertinggal dan mampu bersaing dengan teknologi media dan seni lainnya.
Dalam kajian media massa, film masuk ke dalam jajaran seni yang ditopang oleh industri hiburan yang menawarkan impian kepada audiensnya yang ikut menunjang lahirnya karya film. Karena itulah, para produser sering kali memperhitungkan selera audiens dalam memproduksi sebuah film.
Sejak pertama kali diputarkannya film nasional Indonesia pada tahun 1926, produksi film nasional Indonesia memang tidak henti-hentinya mengalami gejolak pasang surut. Perfilman Indonesia mencapai puncaknya pada dekade 70 dan 80-an. Ketika itu film-film Indonesia merajai bioskop-bioskop lokal.
Akan tetapi, perkembangan perfilman Indonesia mulai mengalami kelesuan semenjak dekade 90-an. Jumlah produksi film Indonesia mengalami kemerosotan tajam sejak tahun 1992. Data menunjukan tahun 1994 terdapat 26 judul film yang diproduksi, 1995 ada 22 judul, 1996 ada 34 judul, dan 1997 ada 32 judul.[1] Akibatnya, acara tahunan Festival Film Indonesia (FFI) ditiadakan mulai 1992 karena jumlah film yang terlampau sedikit sehingga tidak layak bagi penyelenggaraan festival. Sebagai upaya mendongkrak jumlah produksi film nasional yang terus merosot pada tahun 1990-an, Lembaga Sensor Film (LSF) agak melonggarkan kriteria penyensoran. Akibatnya, banyak muncul film dengan tema-tema seks dan kekerasan. Pun, film-film seperti itu hanya mampu melayani bioskop menengah ke bawah (bioskop golongan C).
Pada tahun 1995 BP2N (Badan Pertimbangan Perfilman Nasioanl) memberikan dana produksi kepada dua film nasioanal: Bulan Tertusuk Ilalang (disutradarai Garin Nugroho) dan Cemeng 2005 (disutradarai Putu Wijaya). Kendatipun film Bulan Tertusuk Ilalang memperolah apresiasi yang bagus dalam festival internasioanl, di dalam negeri sendiri justru gagal secara komersial.
Merosotnya jumlah produksi film Indonesia pada dekade 1990-an, kemudian diperparah oleh krisis moneter yang mendera hampir semua sendi ekonomi nasional. Munculnya film Kuldesak, yang diedarkan pada tahun 1998 dan diproduksi secara bergerilya sejak tahun 1996 menandai babak baru dalam pola produksi film. Film yang di sutradarai oleh quartet “ generasi baru” sineas Indonesia (Riri Reza, Mira Lesmana, Nan Triveni Achnas dan Rizal Mantovani) telah berani mendobrak belenggu birokrasi. Misalanya, tanpa mengajukan ini pendaftaran kepada Departemen Penerangan. Hal lain yang unik dari film Kuldesak adalah sumber pembiayaan yang berasal dari “dana patungan” keempat sutradara itu dari proyek komersial mereka di industri televisi Indonesia. Munculnya film Kuldesak jyga menandai leburnya pemilahan yang nyaris sulir dipersatukan selama ini di antara pihak produser dan sutradara. Dengan kata lain, Kuldesak menjadi momen betapa regulasi dalam produski pelan-pelan mulai kehilangan relevansi sosiologisnya serta efektivitas ekonomisnya dalam menjamin bisnis perfilman. Dalam praktiknya, sejumlah film Indonesia yang diproduksi belakangan tak terlampau terikat lagi dengan regulasi pemerintah dalam produksi.
Awal tahun 2000, muncul film berjudul Petualangan Sherina yang dibintangi oleh Sherina Munaf, aktris dan penyanyi cilik berbakat. Riri Reza dan Mira Lesmana yang berada di belakang layar film ini berhasil membuat film ini menjadi tonggak kebangkitan kembali perfilman Indonesia. Setelah itu munculah berbagai judul film lain dengan segmen dan tema yang berbeda-beda yang juga mendulang sukses secara komersil, seperti film Jelangkung yang merupakan tonggak tren film horror remaja yang pernah bertengger di bioskop Indonesia untuk waktu yang cukup lama. Selain itu ada pula film Ada Apa dengan Cinta yang menampilkan sosok Dian Sastro dan Nicholas Saputra yang merupakan merupakan film roman remaja. Sejak saat itu berbagai judul film dengan berbagai tema dan genre mulai bermunculan seperti Di Sini Ada Setan, Tusuk Jelangkung, Bintang Menari, Eiffel I’m in Love, Arisan, Daun di Atas Bantal, Ijinkan Aku Menciummu Sekali Lagi, Marsinah, Dealova, Lovely Luna, Beth, Novel Tanpa Huruf R, Bad Wolves, dan Catatan Akhir Sekolah adalah beberapa diantara judul-judul film Indonesia yang memainkan perannya dalam kebangkitan Industri perfilman nasional.
Akan tetapi, di era yang bersamaan dengan lahirnya Keputusan Presiden tentang “ Bidang Usaha Yang Tertutup dan Yang Terbuka Dengan Persyaratan Tertentu Bagi Penanaman Modal” telah ikut andil “Mematikan” bisnis film di Indonesia. Ini karena keputusan presiden itu memuat ketentuan tertutupnya investasi dari pihak asing dari kemungkinan modal (investasi) asing, dan hal itu membuat perfilaman Indonesia mendapati permasalahan dalam pengadaan dana. Dengan demikian keputusan presiden tersebut sesungguhnya bersifat kontraproduktif dengan upaya mendongkrak jumlah produksi film nasional.
Di sisi lainnya, persoalan distribusi film sama pentingnya dan berhubungan erat dengan produksi film karena setelah film selesai diproduksi kemudian masuk  ke lembaga sensor, film tersebut siap dipasarkan atau didistribusikan.
Berbicara tentang distribusi perfilman merujuk pada realistis bisnis yang menguasai tiga unsur dalam mata rantai bisnis film yang meliputi pengadaan film impor, distribusi atau pengedaran film dan eksebisinya di bioskop yang praktek bisnisnya mengacu pada konsep integrasi vertikal.
 Bersambung......


[1] JB Kristanto, Sepuluh Tahun Terakhir Perfilman Indonesia, www.kompas.com/kompas-cetak/0507/02/Bentara/1857854.htm, 24 Nopember 2005.

Mangga, Malam mingguan#12 (Pemutaran dan diskusi film)

Mangga, Malam mingguan adalah acara rutin sebulan sekali yang diselenggarakan Sanggar Sinema Story Lab yang merupakan kegiatan diluar kelas dari Sekolah Sinematografi Story Lab. Selain memutar film-film karya kami, acara ini juga menerima karya teman-teman untuk diputar dan di apresiasi. Tidak hanya sampai di situ, pada Mangga, Malam Mingguan juga ada diskusi interaktif antara penonton dan pembuat filmnya.
Pada Mangga, Malam Ming...guan sekarang (yang ke-12), kami akan menghadirkan beberapa film dengan tema“film ¾ jadi”. Film-film yang akan di putar antara lain:


1. Cokelat
Sutradara: Inggrid Putri Omega & Muchamad Hanif
Fiksi | 4’ 54” | Story Lab | 2011 Bandung
Setiap orang mempunyai kenangan dengan coklat. Coklat bagi orang kebanyakan adalah sesuatu yang manis. Tapi, dibalik manisnya coklat ada juga kisah pahit. Ini dialami oleh Nita. Bagaimana Yanyan mengembalikan pahitnya coklat dan hidup Nita melalui sebatang coklat?


2. Lelah
Sutradara: Andi Pardede
Fiksi | 2’ 54” | Crewpuck Pictures | 2011 | Bandung
Anak. Sebuah keluarga tentunya belum lengkap jika tanpa kehadiran anak. Disisi lain, manusia sebagai mahluk Tuhan, suka melampaui atas apa yang telah menjadi kehendak Tuhan. Termasuk usaha-usaha untuk mempunyai anak

3. Kenal Pot
Sutradara: Kartiwa
Fiksi | 3’ 31” | S3L Production | 2011 | Bandung
Manusia dalam berkomunikasi sering kali terhambat oleh “noise”. Film sebagai bentuk komunikasi massa tak ayal terhambat juga oleh “noise-noise” dalam pembuatannya. Film ini adalah representasi pegiat film (khususnya di bandung) ketika hendak memvisualkan ceritanya.

4. Lewat Dini Hari
Sutradara: Momor. S.ikom
Fiksi | 3’ 45” | S3L Production | 2011 | Bandung
Dunia industri tidak lepas dari deadline.

5. Oh My God “Ngeden”
Sutradara: Ikra “Nitz” Amnesia
Fiksi | 4’ 30” | S3L Production | 2011 | Bandung
Membuang hajat adalah anugerah terbesar dalam kehidupan manusia. Dan gempa adalah musibah bagi sebagian orang. Manakala anugerah dan musibah dipersatukan dalam waktu yang bersamaan, apa yang terjadi?

7. Cinta Masuk Desa*

* Masih dalam konfirmasi


Dan Pertunjukan Akustik dari Elsi Like Tree



Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Sabtu, 25 Juni 2011
Jam 19.00 s.d 21.00 Wib
Story Lab, Jl. Mangga No.14 Bandung

Informasi Lebih lanjut: Andi Pardede [085722274219]

GRATISSSS!!!!

Monday, June 6, 2011

Jebakan Buaya


Pagi itu alun-alun negeri Kumulusun yang terletak tidak jauh dari sungai Kaluangai sudah ramai. Ramai sekali. Wajar, karena hari itu Raja Sulum Al-Lusun akan mencari pendamping untuk puteri tunggalnya. Nyi Sum Lusun. Dia perempuan yang cantik ayu dan sedikit pemalu. Terlihat beberapa pemuda tampan dan gagah berani berkumpul mengelilingi alun-alun. Tak lama setelah itu, baginda raja dan semua rombongan segera menuju tepian sungai untuk melaksanakan sayambara.
“Baiklah, saudara-saudara sekalian saya berterima kasih atas kedatang kisanak semuanya. Dihari yang indah ini saya bermaksud mencari pendamping untuk puteri saya. Disana, disungai itu dulunya terdapat sepuluh buaya yang ganas. Namun sekarang, tinggal tujuh. Karena beberapa waktu yang lalu tiga buaya lainnya telah dimangsa oleh saudaranya sendiri. Barang siapa yang berhasil menyeberangi sungai Kaluangai dengan selamat, maka dia berhak atas puteriku dan kerajaanku.”
Mendengar  bewara yang diucapkan oleh sang raja semua pria tampan dan gagah perkasa menjadi tidak bernyali. Bahkan terlihat beberapa pemuda memegang leher mereka sambil ketakutan. Dan suasanapun menjadi hening. Tiba-tiba dibalik semua keheningan itu, seorang pemuda kurus terjun melompati sungai dan dengan kecepatan tinggi di mampu selamat sampai seberang sungai Kaluangai.
“Wahai pemuda, siapa namamu? Darimana Asalmu? Apakah kamu bahagia mewarisi kerajaanku dan menikahi puteriku? Tanya baginda raja sumringah. “Maaf tuanku, rasa-rasanya semua pertanyaanmu tidak begitu penting bagiku. Sekarang aku hanya ingin tahu siapa orang yang mendorongku dan membuatku terjerumus di sungai ini”

Saturday, June 4, 2011

telegram tuhan

demi bau tanah setelah diguyur hujan
dan bau kaki yang dibalut kaos kaki
diri yang terisolasi
dalam rupa manusia yang tak manusiawi
ada sebuah kealpaan dalam fikiran
ketika hendak menggapai sebuah tujuan
seringkali kita melupakan orang tua yang merupakan teladan!
lalu, kenapa kita menjadi demikian?
tersirat kabar melalui sebuah telegram dari tangan tuhan, yang terucap dari mulut seorang perempuan
nyatanya orang tua tidak bertindak demikian.