Monday, June 6, 2011

Jebakan Buaya


Pagi itu alun-alun negeri Kumulusun yang terletak tidak jauh dari sungai Kaluangai sudah ramai. Ramai sekali. Wajar, karena hari itu Raja Sulum Al-Lusun akan mencari pendamping untuk puteri tunggalnya. Nyi Sum Lusun. Dia perempuan yang cantik ayu dan sedikit pemalu. Terlihat beberapa pemuda tampan dan gagah berani berkumpul mengelilingi alun-alun. Tak lama setelah itu, baginda raja dan semua rombongan segera menuju tepian sungai untuk melaksanakan sayambara.
“Baiklah, saudara-saudara sekalian saya berterima kasih atas kedatang kisanak semuanya. Dihari yang indah ini saya bermaksud mencari pendamping untuk puteri saya. Disana, disungai itu dulunya terdapat sepuluh buaya yang ganas. Namun sekarang, tinggal tujuh. Karena beberapa waktu yang lalu tiga buaya lainnya telah dimangsa oleh saudaranya sendiri. Barang siapa yang berhasil menyeberangi sungai Kaluangai dengan selamat, maka dia berhak atas puteriku dan kerajaanku.”
Mendengar  bewara yang diucapkan oleh sang raja semua pria tampan dan gagah perkasa menjadi tidak bernyali. Bahkan terlihat beberapa pemuda memegang leher mereka sambil ketakutan. Dan suasanapun menjadi hening. Tiba-tiba dibalik semua keheningan itu, seorang pemuda kurus terjun melompati sungai dan dengan kecepatan tinggi di mampu selamat sampai seberang sungai Kaluangai.
“Wahai pemuda, siapa namamu? Darimana Asalmu? Apakah kamu bahagia mewarisi kerajaanku dan menikahi puteriku? Tanya baginda raja sumringah. “Maaf tuanku, rasa-rasanya semua pertanyaanmu tidak begitu penting bagiku. Sekarang aku hanya ingin tahu siapa orang yang mendorongku dan membuatku terjerumus di sungai ini”

No comments:

Post a Comment