Monday, October 29, 2012

suatu pagi tanpa kopi



adakalanya saya suka pusing untuk mengawali hari. apalagi terjebak di suasana pagi tanpa kopi dan roti. baiklah, ada apa saja pagi ini? di mulai dari partai-partai yang lolos verifikasi, berita ‘pahit’  kinerja polisi dan tni, kisah dahlan iskan sebagai menteri, jalur narkoba dari dili, bahasa indonesia riwayatmu sebagai sarana edukasi, konsep orchard road jakarta versi jokowi, twitt centil ala syahrini, badai sandy dan pengungsi, kesuksesan pesepakbola bernama messi, dan masih banyak lagi.  setidaknya sudah ada sekitar dua ribu tiga ratus tujuh belas tulisan yang bercerita tentang ulah dan imaji manusia di bumi saat ini. dan saya terpaksa membaca semua itu tanpa kopi? ah, petaka dunia yang sedikit tidak manusiawi. 

beraneka ragam budaya dalam berbagai bahasa yang telah dibaca, menjadi asupan data di kepala. kemudian di cerna dan dijadikan pelajaran baru dalam menyikapi dunia. membaca, salah satu aktifitas manusia yang tidak boleh sirna. 

selamat pagi indonesia, tempat berlindungku di hari tua. izinkan aku membingkaimu dalam sebuah sinema.

Friday, October 19, 2012

surat dari kamar kosan


di sebuah kamar kosan yang tidak terlalu besar. terlihat beberapa macam barang berserakan. pakaian kotor menumpuk tidak beraturan di atas tempat cucian, buku - buku bergeletakan, beberapa puntung rokok bertebaran, gelas - gelas kopi menumpuk di pojokan kamar samping gitar yang hanya menyisakan dua senar, sajadah dan handuk berlipatan. kamar yang berantakan.

nyanyian lagu dari iwan fals mengalun pelan, layar komputer menyala terang, dua paragraf tulisan terlihat samar di mata seorang pemuda yang belajar menjadi dermawan. mukanya sedikit kusam, matanya kelelahan.  ada kerinduan dan juga dendam dibalik parasnya yang tidak terlalu menawan. 

pencarian terhadap kebahagiaan dan kedamaian.

secangkir kopi diseruputnya perlahan. rokok kretek dihisapnya dalam - dalam, asapnya mengepul mengitari temaram lampu pijar. tulisannya di baca berulang - ulang. kenyataannya tidak ada perubahan. menyadari akan itu, matanya terpejam, senyumnya mengembang ketika adzan shubuh berkumandang. kemudian di tulisnya perlahan, "kebahagiaan, kedamaian, adalah hasrat kemanusiaan untuk menemukan jalan menuju rumah peristirahatan, bersemayam, bersatu menuju Tuhan".






surat dari meja makan


pagi menjelang. mentari mulai menerang, membawa harapan bagi setiap insan yang akan melakukan berbagai peran dalam kehidupan. cuaca yang cerah, langit biru dibalut awan putih seperti kapas. ah, indah. jinggle rayuan pulau kelapa terdengar mengalun pelan dari radio republik indonesia yang sempat jaya pada jamannya. sudah dapat dipastikan, harga-harga sembilan bahan pokok merupakan kabar pasar yang selalu ibu nantikan, sebelum dia pergi berangkat mengajar. sedangkan bagi bapak, surat kabar dan kopi hangat itu sebuah komposisi yang pas untuk mengawali hari di bawah hangatnya sinar mentari. kakak? yang saya ingat, setelah sholat dia selalu berangkat lebih cepat. dia tidak mempunyai toleransi terhadap kata terlambat. dan dia rela mengorbankan obrolan di meja makan demi mengejar cita-citanya dimasa depan. suasana pagi hari sebuah  keluarga bahagia di selatan indonesia. sederhana, namun kaya akan cipta dan citarasa bahagia. ya, bahagia.




Friday, September 28, 2012

kerja / pekerja / bekerja / di kerjain

“...kerja keras bagai kuda / dicambuk dan didera / semua itu aku lakukan / untuk mencari uang / kurasa berat / kurasa berat / beban hidupku...”
(“jemu” di populerkan oleh: koesplus)

      Berbicara pekerjaan, tentunya tidak luput dengan seseorang yang bernama pekerja. Banyak pekerja dalam dunia kerja sejak era fir’aun di mesir sampai era digital diperlakukan dengan buruk. Hampir semua pekerja di indonesia dan mungkin di dunia seringkali berhadapan dengan berbagai  masalah seperti upah minim tentunya, outshourcing, jam kerja yang panjang, jaminan keselamatan, jaminan kesehatan dll. Kehidupan para pekerja terkadang selalu bawah ancaman. 

      Dalam dunia kerja kapitalis,  para pekerja dipaksa untuk bekerja dengan imbalan upah. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja, seringkali membayar para pekerja kurang dari nilai pekerjaan yang mereka kerjakan. Sementara itu keuntungan-keuntungan diambil dari dari setiap tetesan keringat para pekerja itu digunakan untuk memperkuat posisi mereka (pemodal)  di pasar. Padahal para pekerja itu memiliki hak dan kepentingan bersama untuk mendapatkan bagian lebih besar dari hasil kerjanya.  Setidaknya mereka berhak untuk mendapatkan kondisi kerja yang lebih baik.

     Membangun kondisi kerja yang lebih baik itu, salah satunya bisa berarti membebaskan diri dari sistem kerja yang eksploitatif dan dapat dilakukan dengan menggunakan aksi langsung dari tempat-tempat bekerja. Aksi langsung adalah salah satu cara yang sangat efektif untuk membangun kondisi kerja yang lebih baik. Namun keberhasilannya  bergantung pada usaha para pekerja untuk membangun solidaritas sesama pekerja. Tindakan-tindakan sabotase alat-alat produksi sebagai bentuk perlawanan di tempat kerja dapat dilakukan, sebagai pelampiasan atau saran refreshing atas kepenatan bekerja. Aksi-aksi semacam ini dapat membuat anda tetap waras dalam menjalani hari-hari yang buruk di tempat kerja.

Monday, August 20, 2012

hey..hey..'power' danger


Satu...
Dua...
Tinja...
Hey..hey..'power' danger [dinyanyikan mirip theme songnya power ranger]. #gariing anjeeeeng. Setelah beberapa pekan absen ngeblog, sepertinya saya rindu mencatat kembali catatan harian saya yang hilang ini. Saya absen ngeblog bukan karena saya malas nulis, tapi karena saya lagi sangat-sangat malas melukis? Melukiskan kata-kata untuk saya tulis. Memang, ketika ditanya oleh beberapa kerabat dan sahabat sibuk apa?, saya selalu bersembunyi dibalik nyekripsi. Hehe padahal itu sekedar alibi. Biar terkesan sok serius saja.
Dua hari yang lalu, kotak pesan yang ada pada telepon selular saya mendadak penuh. Itu bukan berarti  mendadak dangdut  #gariing lagi anjeeeeng. Penuh dengan kata-kata mutiara perihal minta maaf. Dan itu membuat saya merasa senang, karena saya sudah terbiasa memberi maaf sebanyak yang kalian minta di hari-hari biasa. Tidak hanya di telepon selular, beberapa kerabat, sahabat dan man teman saya di dunia maya pun melakukan hal demikian. Meminta maaf, memberi maaf dan saling memaafkan dengan berbagai versi. Di mulai dari versi religius, versi nasionalis, V3R51 Al4y, versi aktifis, versi komedi, versi arab, versi bahasa lokal dan versi-versi lainnya. Termasuk versinya van persie. #masih gariing anjeeeeng
Manakala idul fitri tiba, seringkali banyak diantara kita [termasuk saya] setelah meminta maaf kepada orang terdekat kita [keluarga] pergi keluar rumah, berkeliling mengitari lingkungan sekitar untuk bersilaturahmi dan saling memaafkan. Tak sedikit orang juga yang pergi keluar kota untuk melakukan itu sembari bertamasya alias piknik [semacam sejenis merek dodol]. Dan ada juga perangkat negara yang melakukan open house yang berlebihan. Hal itu mungkin saja bisa jadi [bukan bisa ular] sia-sia ketika kita belum bisa memaafkan diri kita sendiri.
Memang, di negeri ini nuansa saling memaafkan ketika idul fitri tiba terasa lebih kental [walaupun tidak sekental kopi buatan mas wardi]. Dan itu sesuatu yang positif. Setahu  dan setempe saya, idul fitri itu mempunyai beberapa pengertian. Yang pertama bisa berarti kembali kepada kesucian [penghapusan atas dosa-dosa manusia olehNya], yang kedua kembali ke fitrah [dengan berpuasa ditambah zakat, kita bisa meningkatkan kualitas religiusnya dihari-hari biasa] dan yang ketiga kembali seperti bulan-bulan selain ramadhan [bulan ketika kita diperbolehkan makan dan minum disiang hari]. Jadi, tanpa harus menunggu idul fitri pun umat manusia [khususnya umat muslim] harus bisa saling memaafkan ketika berbuat kesalahan terhadap sesama manusia dan mahluk lainnya. [termasuk memaafkan mantan kekasih dan kecengan yang sudah kita sakiti perasaannya #eh]
Lah terus, hubungannya antara idul fitri dan sama halal bi halal?. [percaya saja hubungan mereka baik-baik saja]
Dalam budaya jawa, sungkeman [ngapurancang] itu diartikan sebagai sikap menghargai dan menghormati kepada yang mempunyai kuasa atau yang lebih tua. Hal itu dianggap sebagai lambang penghormatan dan minta maaf [nyuwun ngapura] ngapura merupakan istilah serapan dari bahasa arab [ghafura]. Dari situ, rasa-rasanya tujuan puasa di bulan ramadhan [meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadapNya], belum terasa sempurna jika belum meminta maaf terhadap sesama manusia. Nah, di sinilah para ulama mempunyai ide, bahwa di hari idul fitri itu antara seorang dengan yang lain perlu saling memaafkan kesalahan masing-masing, yang kemudian dilaksanakan secara kolektif dalam bentuk halal bihalal. Jadi, disebut hari lebaran, karena puasa telah lebar [selesai], dan dosa-dosanya telah lebur [terhapus].
Oiya, satu lagi. Maafkan saya jika saya salah satu, salah kostum, salah sambung, salah alamat, salah sasaran, salah asuhan, salah mention, salah jurusan dan salah solihun.



Wednesday, March 28, 2012

raport merah ini


terima kasih,

terima kasih,,


terima kasih,,,


nama saya kartiwa,
dengan hurup kecil di depan,
dan embel-embel kara bayanaka di belakangnya.
perlu dicatat,
sebenarnya saya berterima kasih kepada kalian semua
yang telah mencari-cari kesalahan
dan kekurangan saya.
tapi maaf,
saya belum bisa membalasnya.
biarlah Dzat yang lebih berwenang atas itu.


saya tidak cukup cerdas dan pintar memang,
tapi,
setidaknya saya masih bisa berpikir jernih
ketika harus membedakan mana sendok
dan yang mana garpu.
dan saya tahu betul bersih atau tidaknya tangan saya,
ketika saya akan makan.



Kosan Part I


Malam terasa dingin. Dingin sekali. Semilir angin malam terasa menusuk rongga tubuhku lalu menyentuh relungku. Kemudian membeku. Sekejap kulihat dalam bayangan yang penuh kealpaan, sebuah keluarga sudah lama aku 'tinggalkan'. Disana ada Ayah, Ibu, Kakak dan  aku. Teh hijau, kue kering buatan Ibu dan obrolan tentang masa depan membuat suasana terasa tenang dan nyaman. Dengan senyum mengembang sambil memejamkan mata perlahan aku simpan memori indah itu dalam ingatan. Ah, aku selalu rindu rumah dan kampung kampung halaman.
Terkadang, keadaan selalu tidak bersahabat dengan kenyataan. Nyatanya, sebuah pesan singkat dari ibu kosan membuat lamunanku menjadi buyar. “iwa, besok ibu akan ke kosan”. “Baik Bu”. Aku membalas pesan singkat itu dengan singkat, padat dan jelas. Perasaan cemas menghampiriku ketika aku mengambil dompet di saku celana jeans lusuhku. “Waw, cuma ada lima belas ribu, bagaimana aku membayar sewa kosanku?”. Ah, malam itu aku hanya bersepakat dengan salah satu judul lagu Iwan fals yang berjudul “Entah”. Dan malam itu aku hanya bisa mengakhiri aktifitasku dengan menulis blog, lalu tidur dalam keadaan menahan lapar.
Lucunya, ketika pagi hari dan ibu kosan sudah ada, dia datang bukan untuk menagih uang sewa kosan. Dia datang untuk memberikan undangan pernikahan anaknya. "kalau memungkinkan, ibu dan keluarga jika kalian dapat hadir di acara syukuran pernikahan anak kami". Ucap ibu kosan di sela-sela obrolan. Ah ibu, aku pikir...


Friday, March 2, 2012

Statis

Sudah beberapa hari ini, kereta malam menuju ibukota menjadi sarana transprtasi yang relatif efektif saya gunakan. Menjelang malam, saya meninggalkan kosan. Berjalan beberapa meter kearah jalan raya, lalu menaiki angkutan umum menuju stasiun kereta. Bagi saya selalu ada cerita dalam kereta. Berawal dari mahasiswa sastra yang selalu gagal merangkai kata untuk kekasihnya, karyawan swasta yang menyesali jalan hidupnya, pengusaha kain yang tidak bisa kembali ke kampung halamannya di Sumatera, tentara yang bangga dengan pangkatnya, pegawai negeri yang berambisi jadi jurnalis, pegiat multi level marketing yang berusaha memprospek saya dan masih banyak cerita-cerita lainnya. 

Di setiap perjalanan, bertukar cerita memang menjadi hal yang umum saya lakukan. Hal itu semata-mata untuk menghilangkan kantuk dan rasa jenuh. Hanya saja, di hari kemarin ketika saya pulang ke Bandung, saya tidak mengalami hal itu. Karena saya duduk sendiri. Daripada mati gaya, akhirnya beberapa lagu dari mp3, cukup menghibur saya. Ada satu lagu yang saya putar berulang-ulang waktu itu. Lagu itu mengingatkan akan keadaan saya sekarang ini. Ya, sebuah lagu dari Plastik yang berjudul ‘Statis’.

Namun, keadaan seperti ini jangan terus berlangsung. Seperti seorang kawan bilang, terkadang kenyamanan itu sering kali melenakan. Turun dari kereta, dengan alih-alih berdamai dengan keadaan dan berjabat erat dengan kenyataan, saya pun berusaha merubah ‘statis’ itu menjadi dinamis dan elastis. Ah, gerimis.

Bandung, 1 Maret 2012 ketika menikmati jamuan makan malam di Parkedel Bondon 

- Statis -
Oleh: Plastik.
 
Terbangun di pagi ini
Jalani hari seperti kemarin
Tak pernah ada yang menyenangkan
Lewati hari percuma
Lewati seribu tanda tanya
Seakan hanya berhenti di sini

Terjebak di dalam kemacetan
Bercampur kecewa sejuta manusia
Akankah ada yang bisa menjawab
Dipaksa kebutuhan
Rencana terasa menyiksa
Bisakah bencana ini berakhir

Harus kemana
Harus bagaimana
Lari dari yang diinginkan

Mencoba merubah hari
Mencari-cari jalan yang lain
Ternyata kembali lagi di sini
Apakah harapan cuma ada di mimpi
Tak pernah ada dalam kenyataan
Nyatanya tak pernah aku jumpai

Takkan mungkin berakhir…