Disebuah kamar sempit yang berantakan, Anton terlihat sedikit sadar. Dia terlentang diatas kasur yang sudah tidak empuk lagi. Jaket jeans dan sepatu kusam itu masih menempel di badannya yang kini mengurus. Terlihat digenggaman tangan kanan Anton sebuah botol vodka yang menyisakan tumpahannya diatas karpet. Kini tumpahan alkohol itu mengenai ujung sajadah pemberian dari kekasihnya. Kepalanya terasa pusing dan matanya terasa berat ketika ia berusaha duduk. Pagi itu dunia terasa bergerak begitu lamban di pikiran Anton. Dengan sedikit sisa tenaga yang dimilikinya, perlahan – lahan Anton berusaha bangkit untuk duduk. Lalu menyenderkan diri pada tembok kamarnya. Kepalanya tertunduk lemas. Mulutnya menganga. Terlihat tetesan air liur keluar dari mulut Anton membasahi dagu dan resletingnya. Lalu, dengan punggung tangan kirinya Anton berusaha mengelap air liur yang tersisa di dagunya. Kini dia terdiam lemas. Sekedar menggerakan kelopak mata pun Anton tidak sanggup melakukannya.
Lain halnya Anton, lain juga Mita. Pagi itu dibalik ruangan dingin ber-AC, mita masih terjaga dari waktu istirahatnya. Rasa kantuk yang menerornya, ia lawan dengan menepuk – nepuk pipi dengan kedua tangannya yang lembut. Kemudian dia melirik kearah layar monitor komputer. Dan…