Malam terasa dingin disini. Bahkan terasa lebih dingin dari biasanya. Semilir angin malam merasuk kedalam relung ini melalui celah – celah ingatan yang penuh akan kealpaan. Satu persatu raut wajah kalian datang menghampiri. Ada yang datang dengan wajah sumringah, wajah yang memancarkan kebahagiaan. Ada juga wajah – wajah sayu, gundah dan gelisah. Lalu wajah kesal dengan penuh amarah. Atau wajah yang biasa. Biasa saja, tidak ada ekspresi dalam air mukanya. Tapi itu semua menjadi tidak penting lagi bagiku, setelah kita semua duduk bersamaan, berbagi cerita sambil menikmati beberapa cangkir kopi dan beberapa batang rokok. Dulu hal itu kami lakukan semata – mata hanya untuk membunuh waktu menunggu jam perkuliahan, sengaja bolos meninggalkan kuliah atau sekedar ‘cuci mata’ menikmati paras – paras yang rupawan dari segelintir mahasiswi yang beredar disekitaran kampus.
Jadi ingat kata seorang kawan “dulu kalau nyari anak – anak itu gampang, tinggal main ke kantin, duduk, menyalakan rokok dan memesan secangkir kopi, tak lama setelah itu teman – teman datang menghampiri”. Di sepertiga malam ini, aku merindukan kalian. Merindukan tawa kalian, tawa yang bukan di wakili oleh icon yang ditawarkan yahoo mesangger. Merindukan obrolan hangat kalian, bukan obrolan seperti di timeline twitter. Merindukan komen kalian, bukan komen – komen seribu karakter dari facebook yang diakhiri dengan jempol like this.
Terlalu egois memang, jika rasanya aku memaksakan kita hadir kembali seperti keadaan lima atau tujuh tahun yang lalu itu. Kalau pun kita bisa hadir dan bertemu seperti keadaan dulu, momen apakah itu? Di sepertiga malam ini aku hanya bisa menjawab dengan judul lagunya iwan fals. Entahlah.
Dari sini, aku titip rindu dan do’a untuk kita semua. Semoga kita ada dalam keadaan yang senantiasa baik – baik saja.