Dalam sebuah obrolan kecil diantara kami yang baru saja melepas lelah setelah seharian penuh beraktifitas. Beberapa cangkir kopi tersaji diatas sebuah meja yang sedikit terlihat kurang rapi. Ah, lupakanlah mengenai kerapihan. Ijinkanlah kami untuk sedikit melapas lelah ini. Toh pada akhirnya, besok setelah matahari pagi terbit kita akan segera mengisi hari dengan aktifitas berbeda yang relatif sama. Mengisi waktu luang sebelum kita menutupkan kedua mata ini. Itu pikirku.
Lihat saja temanku yang bernama Nanda. Pemuda tanggung ini lebih asyik selonjoran diatas kursi yang memang nyaman. Ada juga Bobby, pria berbadan besar dan sedikit imut itu sedikit menghibur kami dengan berbagai cerita lucu. Atau obos Nova, begitu panggilannya, yang lebih menikmati untuk mengompori Bobby bercerita lebih lanjut. Dimas nur pun demikian. Menikmati obrolan santai ini dengan mendengarkan dan sesekali bertanya atau mengomentari apa yang sedang kita bicarakan. Saya disini hanya mendengarkan dan memperhatikan kata demi kata yang keluar mulut mereka.
Kata-kata yang masih saya ingat sampai sekarang kurang lebih berbunyi seperti ini “ Jangan harap polisi bisa menangkap para koruptor yang mencuri uang negara, selama mereka masih belum bisa mengurusi kesemrautan lalu lintas”. Sedikit menarik memang untuk dipahami lebih lanjut perkataan dari Dimas Nur ini, seorang kawan yang berasal dari daerah Ponoroga dan pandai dalam merajut kata.
Awalnya kalimat itu tidak saya perhatikan, hanya saja dalam perjalanan pulang menuju kontrakan, bunyi kalimat itu masih membekas dipikiran. Belum lama setelah saya sampai kontrakan seorang kawan bernama Danil, menawarkan saya untuk menikmati secangkir kopi, lagi. Saya pun kembali larut dalam obrolan kecil sebelum memejamkan mata ini. Singkatnya obrolan kecil itu membahas tentang mimpi dan harapan dimasa yang akan datang.
“Jangan harap bisa menyelesaikan hal-hal besar jika setelah bangun tidur kita tidak bisa merapikan kembali tempat tidur kita”. Ah, rasa-rasanya saya merasa mengantuk, wajar, karena waktu menunjukan jam 02.20 Wib. Kemudian saya memilih untuk tidur duluan malam itu. Lampu saya matikan, komputer dinyalakan dan lagu dari Agus Rukmana yang berada di playlist di dendangkan. Klik, mata pun terpejamkan.
Sial, rupa-rupanya bunyi percikan air mancur dalam akuarium, alunan kecapi suling dan rebab beserta dua kalimat diparagrap sebelumnya membuat saya terbangun. Saya pun beranjak dari kasur menuju dapur kemudian menyeduh kopi hitam lagi, ini ngawur. Kemudian memasuki kamar yang memang berantakan, bertemankan secangkir kopi dan beberapa batang rokok, melihat komputer yang masih menyala, saya putuskan untuk menulis. Walaupun saya masih belum mengetahui apa yang akan saya tulis.
“Allohu Akbar Allohu Akbar.....” Oh tidak ini sudah jam 04.28 Wib. Waktunya shalat shubuh, dan saya masih belum menulis apa yang akan saya tulis. Hampir setengah jam waktu yang di sia-siakan di depan komputer ini. Dilematis.
Menyadari waktu ini sudah terbuang cukup lama akhirnya, malam itu saya hanya bisa menuliskan, “Tuhan, jika waktu yang Engkau sediakan aku sia-siakan, apakah ini akan menghambatku menjadi wisudawan? Sementara berbagai ‘jalan’ harus aku lalui untuk mendapatkan ‘keduniawian’ sebagai ‘ongkos’ menjadi wisudawan. Nanti pagi adalah harapan dan jawaban. Tapi sebelumnya saya harus menghadapai kenyataan, jika mata ini harus saya pejamkan. Selamat malam.