Satu...
Dua...
Tinja...
Hey..hey..'power' danger [dinyanyikan mirip theme songnya power ranger]. #gariing anjeeeeng. Setelah beberapa pekan absen ngeblog, sepertinya saya rindu mencatat kembali catatan harian saya yang hilang ini. Saya absen ngeblog bukan karena saya malas nulis, tapi karena saya lagi sangat-sangat malas melukis? Melukiskan kata-kata untuk saya tulis. Memang, ketika ditanya oleh beberapa kerabat dan sahabat sibuk apa?, saya selalu bersembunyi dibalik nyekripsi. Hehe padahal itu sekedar alibi. Biar terkesan sok serius saja.
Dua hari yang lalu, kotak pesan yang ada pada telepon selular saya mendadak penuh. Itu bukan berarti mendadak dangdut #gariing lagi anjeeeeng. Penuh dengan kata-kata mutiara perihal minta maaf. Dan itu membuat saya merasa senang, karena saya sudah terbiasa memberi maaf sebanyak yang kalian minta di hari-hari biasa. Tidak hanya di telepon selular, beberapa kerabat, sahabat dan man teman saya di dunia maya pun melakukan hal demikian. Meminta maaf, memberi maaf dan saling memaafkan dengan berbagai versi. Di mulai dari versi religius, versi nasionalis, V3R51 Al4y, versi aktifis, versi komedi, versi arab, versi bahasa lokal dan versi-versi lainnya. Termasuk versinya van persie. #masih gariing anjeeeeng
Manakala idul fitri tiba, seringkali banyak diantara kita [termasuk saya] setelah meminta maaf kepada orang terdekat kita [keluarga] pergi keluar rumah, berkeliling mengitari lingkungan sekitar untuk bersilaturahmi dan saling memaafkan. Tak sedikit orang juga yang pergi keluar kota untuk melakukan itu sembari bertamasya alias piknik [semacam sejenis merek dodol]. Dan ada juga perangkat negara yang melakukan open house yang berlebihan. Hal itu mungkin saja bisa jadi [bukan bisa ular] sia-sia ketika kita belum bisa memaafkan diri kita sendiri.
Memang, di negeri ini nuansa saling memaafkan ketika idul fitri tiba terasa lebih kental [walaupun tidak sekental kopi buatan mas wardi]. Dan itu sesuatu yang positif. Setahu dan setempe saya, idul fitri itu mempunyai beberapa pengertian. Yang pertama bisa berarti kembali kepada kesucian [penghapusan atas dosa-dosa manusia olehNya], yang kedua kembali ke fitrah [dengan berpuasa ditambah zakat, kita bisa meningkatkan kualitas religiusnya dihari-hari biasa] dan yang ketiga kembali seperti bulan-bulan selain ramadhan [bulan ketika kita diperbolehkan makan dan minum disiang hari]. Jadi, tanpa harus menunggu idul fitri pun umat manusia [khususnya umat muslim] harus bisa saling memaafkan ketika berbuat kesalahan terhadap sesama manusia dan mahluk lainnya. [termasuk memaafkan mantan kekasih dan kecengan yang sudah kita sakiti perasaannya #eh]
Lah terus, hubungannya antara idul fitri dan sama halal bi halal?. [percaya saja hubungan mereka baik-baik saja]
Dalam budaya jawa, sungkeman [ngapurancang] itu diartikan sebagai sikap menghargai dan menghormati kepada yang mempunyai kuasa atau yang lebih tua. Hal itu dianggap sebagai lambang penghormatan dan minta maaf [nyuwun ngapura] ngapura merupakan istilah serapan dari bahasa arab [ghafura]. Dari situ, rasa-rasanya tujuan puasa di bulan ramadhan [meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadapNya], belum terasa sempurna jika belum meminta maaf terhadap sesama manusia. Nah, di sinilah para ulama mempunyai ide, bahwa di hari idul fitri itu antara seorang dengan yang lain perlu saling memaafkan kesalahan masing-masing, yang kemudian dilaksanakan secara kolektif dalam bentuk halal bihalal. Jadi, disebut hari lebaran, karena puasa telah lebar [selesai], dan dosa-dosanya telah lebur [terhapus].
Oiya, satu lagi. Maafkan saya jika saya salah satu, salah kostum, salah sambung, salah alamat, salah sasaran, salah asuhan, salah mention, salah jurusan dan salah solihun.