Saturday, January 15, 2011

Putus

cuaca pagi ini mendung. bumi masih berkabung atas kejadian kurang mengenakan yang menimpa kerabat-kerabatku di negeri yang gila sanjung. sesekali angin pun berhembus agak kencang. hasrat untuk menyeduh secangkir kopi pun muncul. kopi hitam tentunya. tak lama kemudian sekedar mengisi waktu luang, aku berusaha menata kembali barang-barang yang ada di kamar kecilku ini. kamar yang sudah begitu akrab dengan kata berantakan. dipojokan kamar dibawah sebuah poster jimmy hendrix, sebuah gitar tua pemberianmu masih menggantung, dia tetap tegak dengan kebisuannya. merasa rindu dengannya akupun mengambil benda itu. membersihkan benda ajaib itu dari debu-debu yang berterbangan dan hinggap di tubuh indahmu. nada dari kunci g yang kumainkan mengingatkan akan sebuah senyuman mengembang dengan mata terpejam darimu. intro lagu yang akrab ditelinga kami dulu. sambil melihat foto kita, akupun menyanyikan sebuah lagu. lagu yang dulu pernah kita nyanyikan bersama. nada-nada harmonis yang keluar dari guitar tua pemberianmu ini masih tetap enak didengar, hanya saja aku tidak sanggup menyanyikan bait demi bait lagu itu dan aku pun tidak bisa berkata-kata ketika mengingat masa-masa dulu.

sendu yang dibalut rindu membuatku membisu ketika senar gitar no-3 ini putus. tanpa disadari airmataku berlinang. apa yang kualami tadi pagi ini, mengingatkanku akan sebuah kejadian sembilan tahun yang lalu. ketika itu aku tanpa sengaja memutuskan senar gitarmu. aku ingat betul kamu tidak marah pagi itu. kamu hanya tersenyum mengembang dengan mata terpejam. terpejam untuk selamanya. ajal menjemputmu diwaktu yang tidak kita ketahui. selamat jalan kakak sepupu. selamat beritirahat. maaf aku memutuskan senar gitarmu.

No comments:

Post a Comment