Saturday, January 22, 2011

Rindu Film

Film, adalah anugerah seni terbesar dalam peradaban manusia. Ucap joni (nicolas saputra) dalam film Janji Joni. Ada yang bilang film itu sebuah karya intelektual. Karena didalamnya berbagai tradisi ilmu diramu dan disajikan kepada penonton. Penyajian kembali atas sesuatu fenomena sosial menjadi suatu tontonan tentunya bukan hal yang mudah. Dan saya merasa sepakat dengan pernyataan diatas. Memang, ada juga beberapa sineas atau pun film maker membuat film mereka dengan gaya mereka sendiri (film aing kumaha aing, dibaca: film saya terserah saya). Saya juga tidak bisa menyalahkan pernyataan itu. Karena itu hak mereka. Bagi saya, membuat film itu adalah membuat ilusi. Yang didalamnya terdapat prinsip reka percaya. Maka dari itu ketika kita akan membuat sebuah ilusi yang akan disajikan kembali melalui medium film, kita harus memahami dua hal. Yang pertama adalah mengetahui dan memahami keadaan masyarakat dan yang kedua adalah seorang film maker harus mempunyai hasrat untuk menggugat sesuatu yang berangkat dari keresahan mereka sendiri.

Mengutip kata Jean Cocteau, seorang pujangga dan filmmaker dari Perancis. “Film is Picture writing”. Membuat film itu bukan semata-mata mengurusi permasalahan teknis. Tapi ada hal lainnya yang memerlukan perhatian lebih. Yaitu menulis dan menyajikan kembali sebuah ilusi. Ilusi yang dituangkan kedalam sebuah naskah, harus benar-benar kaya akan data, imajinasi, wawasan yang luas dan kreatifitas yang baik. Sehingga, ketika itu disajikan kembali dalam bentuk medium film dengan teknis yang seadanya pun bisa tetap enak dinikmati penonton karena unsur reka percayanya tidak hilang karena telah dirangkai dengan baik.

Ketika film sudah jadi, sering kali bagi para pembuat film yang berbasis komunitas atau kampus yang saya temui, mereka dipertemukan dengan kendala lagi. “Film kami akan dikemanakan?” lebih kurang pertanyaan seperti itu yang muncul dibenak mereka. Menyambung kata penyajian kembali, saya lebih suka kalau film-film yang telah diproduksi itu tidak menjadi hiasan kamar. Tapi wajib dipertontonkan kepada khalayak, dimana pun itu tempatnya. Anggap saja itu adalah bentuk pertanggung jawaban atas sebuah kekaryaan yang merepresentasikan dari suatu keadaan.

Itulah sedikit tulisan mengenai film dari kacamata saya.

No comments:

Post a Comment